Sejarah Pergerakan Pelajar

Sejarah Pergerakan Pelajar

Dalam konteks pembahasan kali ini pelajar saya artikan sebagai sekelompok orang yang mengenyam pendidikan formal, termasuk pemuda dan mahasiswa yang sedang atau pernah mengenyam pendidikan formal. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak mendapat pendidikan formal? disinilah kelemahan arsip sejarah muncul. Karena sampai saat ini sejarah hanya ditulis dari kumpulan arsip-arsip, dimana orang yang mempunyai arsip tersebut adalah priyayi, pejabat, pelajar, dan golongan orang-orang besar lainnya. Namun demikian, pada pembahasan kali ini saya akan coba untuk mengkonstruksi perjuangan pelajar-pelajar di Indonesia

Kala Penjajahan Kolonial Belanda

Saya akan memulai pada perjuangan pelajar masa kebangkitan nasional dan sebelum proklamasi kemerdekaan. Gerakan ini dilatarbelakangi oleh kebijakan Politik Etis (Politik Balas Budi) Belanda memberikan kesempatan untuk pemuda-pemudi kita untuk belajar. Ditunjuknya Snouck Hurgronje sebagai direktur pendidikan 'Etis' yang pertama tahun 1900. Awal pendiriannya ada dua pendekatan yang di usulkan, J.H Abendanon Mengusulkan pendekatan elite bergaya Eropa dengan bahasa Belanda sebagai Pengantar, sedangkan Idenburg mengusulkan pendekatan merakyat dengan bahasa daerah sebagai pengantar. Di bawah Abendanon didirikan tiga Hoofdenscholen, "Sekolah para kepala", yang berdiri di Bandung, Magelang, dan Probolinggo. Sekolah-sekolah yang nyata direncanakan hanya untuk menghasilkan pegawai pemerintahan untuk kepentingan Kolonial, sekolah ini kemudian diberi nama OSVIA (Opleidingscholen voor inlandsche ambtenaren) sekolah pelatihan untuk para pejabat pribumi. calon muridnya tidak hanya berasal dari kalangan elite bangsawan. Kemudian juga berdiri sekolah 'Dokter Jawa' di Weltevreden di ganti menjadi STOVIA (School tot opleiding van inlandsche artsen) sekolah ini menjadi sekolahnya Soetomo dan beberapa kawannya. Yang sekarang dikenal dengan nama Universitas Airlangga Surabaya.

Dr. Wahidin Soedirohoesodo berusaha menghimpun beasiswa guna memberikan pendidikan Barat kepada golongan priyayi Jawa, namun hanya segelintir yang memanfaatkannya. Dialah sebagai inspirator berdirinya Budi Utomo ketika kunjungannya ke STOVIA, dia mengumpulakan pelajar OSVIA dan STOVIA, sekolah guru, serta sekolah kedokteran hewan dan pertanian. pada 20 Mei 1908 untuk membentuk Budi Utomo (ejaan dulu Boedi Oetomo).ndan pemuda Soetomo ditunjuk sebagai ketuanya.

Budi Utomo pada dasarnya tetap merupakan organisasi priyayi, lembaga ini mengutamakan kebudayaan dan pendidikan. Walaupun pernah mendapat usulan dari Tjipto Mangunkusomo untuk bergerak menjadi partai politik. Setelah terpilihnya Tjipto sebagai anggota dewan tetapi mengundurkan diri tahun 1909 dan akhirnya bergabung dengan Indische Partij yang radikal dalam berpolitik. Kemudian Budi Utomo bergerak secara nasional dan anggotanya semakin banyak, berdampingan dengan Sarikat Islam dan Indische Partij.

Kegiatan gerakan Budi Utomo, pada dasarnya membangkitkan nasionalisme dikalangan pemuda untuk melepaskan diri dari tekanan penjajahan. Tetapi karena diawasi oleh pemerintah colonial. Sehingga pelaksanaannya harus terselubung dengan program peningkatan kesejahteraan pribumi, melalui dana pendidikan, penyuluhan, kesehatan, dan penerbitan majalah.

Pergerakan Budi Utomo  memberikan dorongan untuk terbentuknya organisasi kepemudaan yang lain, pada tanggal 7 Maret 1915, di Jakarta berdiri "Tri Koro Dharmo" yang anggotanya terdiri dari para pelajar sekolah menengah dari Jawa dan Madura, karena cita-citanya untuk mewujudkan Jawa Raya organisasi ini berubah nama menjadi Jong Java setelah kongres di Solo pada bulan Mei 1922.dengan jalan mempererat persatuan , meningkatkan pengetahuan serta menimbukan rasa cinta akan budaya sendiri. Kemudian dalam gerakan pemuda melalui agama di dirikan Jong Islamieten Bond dan Pemuda Muslimin Indonesia.

Sejalan dengan munculnya Jong Java, maka berdiri pula gerakan pemudadi daerah-daerah seperti Pasundan, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Celebes. Dengan adanya berbagai macam gerakan pemuda, akhirnya diadakan kongres nasional Pemuda Indonesia I pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di Jakarta. Yang kemudian Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) mengusulkan agar semua perkumpulan pemuda tergabung dalam satu badan Perhimpunan Masa Muda Indonesia. Pada waktu itu usul belum dapat diterima karena rasa kedaerahan masih kuat. Namun akhirnya disepakati dengan dibentuknya perkumpulan pemuda dengan nama "Algemene Studie Club" (perkumpulan umum untuk studi) yang kemudian berubah nama menjadi Jong Indonesia tanggal 31 Agustus 1926. Dan kembali berubah menjadi Pemuda Indonesia (PI) yang pada waktu itu Pemuda Indonesia telah mulai mempelopori penggunaan bahasa Indonesia.

Pada tanggal 27 dan 28 Oktober 1928, diadakan Kongres Pemuda Indonesia yang ke-2, di mana Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) mengambil prakarsa untuk menggalang persatuan antar Perkumpulan Pemuda di seluruh wilayah Indonesia. Hasilnya adalah SUMPAH PEMUDA yang didengungkan tanggal 28 Oktober 1928, yang isinya yaitu: SATU TANAH AIR, SATU BANGSA, SATU BAHASA, INDONESIA. Merupakan tekad persatuan yang kuat dan merupakan modal dasar perjuangan, yang kemudian dianggap sebagai tonggak sejarah perjuangan yang hakiki dan monumental.

Setelah ini gerakan pemuda semakin massif dengan semua menjadi satu pergerakan PEMUDA INDONESIA, untuk memperjuangkan Indonesia Raya, hingga antara tahun 1937-1938, telah sampai pada cita-cita Indonesia Merdeka melalui gerakan dan forum pemuda dan pelajar di luar negeri, seperti Perancis, Amerika, dan Belanda.  

  Pada tahun 1940 perang Dunia II mulai merambat ke Belanda, dengan adanya serbuan Jerman, Belanda dianggap mulai melemah. Gabungan Politik Indonesia (GAPI) mulai gencar lagi memperjuangkan kemerdekaan melalui Volksraad (Pemerintahan Belanda). Pada tahun 1941, pemerintah Belanda mulai memperhatikan usul-usul GAPI, tetapi belum memberikan hasil yang diinginkan,Indonesia wilayah jajahan Belanda diserbu Jepang pada tahun 1942, dan Belanda menyerah pada Jepang.

Kala Penjajahan Jepang 

Jepang masuk ke Indonesia berdalih ingin melindungi dan mengaku sebagai saudara tua sesama Asia. Tetapi Jepang memerintah dengan kekerasan danpemerasan, memeras tenaga dan menguras hasil bumi bangsa Indonesia untuk keperluan perangnya. Akibatnya bangsa Indonesia menderita melebihi ketika dijajah Belanda. Sehingga timbulnya semngat berjuang lebih menggelora untuk mencapai kemerdekaan. Dalam usahanya memeras dan memanfaatkan tenaga Indonesia untuk membantu tentara Jepang. Pemerintah Jepang membentuk organisasi kemiliteran dan gerakan dari kelompok pemuda.

Kelompok-kelompok pemuda Indonesia diberi latihan-latihan secara paksa, seperti baris berbaris, taiso (gerak jalan), latihan kemiliteran dan perang. Organisasi dan kelompok pemuda yang dibentuk oleh Jepang pada waktu itu antara lain Heiho (Tentara Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), Keibodan (Pembantu Keamanan), Seinendan (Barisan Keamanan Desa), Suisintai (Barisan Pelopor), Fujinkai (Barisan Sukarelawan Wanita), dan Gakukotai (Barisan Pelajar). Gakukotai banyak melakukan latihan kemiliteran dan perang-perangan yang disebut Kyoren.

Para pelajar dan mahasiswa pada waktu itu mendapat kesempatan latihan kemiliteran dari pihak Jepang, menyadari akan penderitaan bangsa Indonesia. Hal ini menimbulkan rasa patriotism membela tanah air. Keinginan semacam ini dibuktikan dan dirintis oleh pasukan PETA pimpinan Supriyadi, yang meskipun mengalami kegagalan, telah memberi rintisan bagi perjuangan pemuda terhadap penjajah Jepang. Latihan kemiliteran bagi pelajar dan pemuda Indonesia menjadi bekal untuk melandasi keberanian dalam keikutsertaan mereka dalam perang kemerdekaan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia


Komentar